Senin, 21 April 2014

PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP PERKEMBANGAN BUDAYA



ABSTRAK
Berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan, kerap kali menemui masalah atau hambatan-hambatan yang tidak diharapkan. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbale balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan komunikasipun turut menentukan budaya.
Komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi membawa latar belakang budaya pengalaman yang berbeda dan mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya.
Konteks sosial yang terjadi dalam komunikasi antar budaya berupa bisnis, pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian, perkembangan teknologi dan konsultasi terapis.
Prinsif-prinsif komunikasi dalam penerapan pada konteks antar budaya meliputi hakekat pokok komunikasi, penampilan atau homofili dan heterofili dalam komunikasi, dan komunikasi sebagai proses konvergensi.
Dalam proses komunikasi antar budaya, maka faktor bahasa verbal dan non verbal sangat menentukan dalam perkembangannya, baik berupa symbol, proses, dan sistem yang akan berperan besar.
Komunikasi antar budaya merupakan komunikasi antar pribadi dengan perhatian khusus pada faktor yang mempengaruhinya, yakni prinsif hubungan antarpribadi, keterikatan antarpribadi, dan hubungan kerja antarpribadi.
Situasi komunikasi massa antar budaya yang sangat berpengaruh adalah media massa yang turut mewarnai dalam perubahan sosial serta akulturasi budaya yang berkembang.
Perkembangan budaya dalam suatu komunitas, sangat ditentukan oleh komunikasi yang melingkupi kegiatannya, karena fungsi komunikasi yang begitu melekat dari seluruh aktivitas kehidupan. Fungsi komunikasi tersebut adalah sebagai fungsi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental.
Tiga dimensi penting yang mendasari komunikasi dalam konteksnya dengan budaya, yaitu dimensi tingkat observasi atau derajat keabstrakan, dimensi kesenjangan dan dimensi penilaian normative.

Kata Kunci :

Komunikasi, Kebudayaan, Komunikasi antarbudaya, konteks sosial komunikasi, dimensi komunikasi, timbale balik, homofili dan heterofili, verbal dan non verbal, proses konvergensi.


A.    Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi telah menyebabkan dunia menuju ke arah globalisasi yang hampir tidak memiliki batas-batas sebagai akibat dari perkembangan teknologi modern.
Orang yang tak pernah berkomunikasi dengan orang lain, niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya akan membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Komunikasi merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas, sepanjang manusia ingin hidup, ia perlu berkomunikasi.
Berkomunikasi merupakan kebutuhan yang fundamental bagi seseorang yang hidup bermasyarakat, tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat, maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Peristiwa komunikasi yang menggambarkan bagaimana seseorang menyampaikan sesuatu lewat bahasa atau simbol-simbol tertentu kepada orang lain sering kita temui, bagaimana seorang kepala desa memberikan pendapat dan menerima saran dari anggota masyarakatnya, bagaimana seorang politikus berkampanye menyampaikan program-program kerja yang ditawarkan di depan massa sehingga mampu menarik pendukung,
bagaimana bintang film, pengarang, ilmuwan dan lain-lain merebut penggemar karena kemampuannya menggunakan media komunikasi.
Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar pada hal-hal yang mengancam alam sekitarnya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa, bahkan melalui komunikasi dapat mengembangkan pengetahuannya yakni belajar dari pengalamannya maupun melalui informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.
Upaya manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya, proses kelanjutan suatu masyarakat sesungguhnya tergantung bagaimana masyarakat itu bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian disini bukan saja terletak pada kemampuan manusia memberi tanggapan terhadap gejala alam seperti banjir dan lain-lain yang bisa mempengaruhi perilaku manusia, tapi juga lingkungan masyarakat tempat manusia hidup.
Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi, suatu masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku dan peranan. Misalnya bagaimana orang tua mengajarkan tatakrama bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya, bagaimana sekolah difungsikan untuk mendidik warga negaranya, dan bagaimana pemerintah dengan kebijaksanaan yang dibuatnya untuk mengayomi kepentingan anggota masyarakat yang dilayaninya.
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur tatakrama
pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat. Pendek kata, bahwa keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan kerap kali menemui masalah atau hambatan yang tidak diharapkan, misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai atau norma masyarakat dan sebagainya.
Bertolak dari itulah maka dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menuangkan pemikiran menggali tentang pengertian komunikasi dan budaya, hubungan antara komunikasi dengan budaya, dimensi keterikatan diantara komunikasi dan budaya, hakekat pokok komunikasi dalam pembentukan kebudayaan, serta peranan bahasa dalam perkembangan budaya, sehingga karya tulis ini penulis beri judul dengan: “PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP PERKEMBANGAN BUDAYA”
B.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, ada beberapa permasalahan yang penulis dapatkan dalam konteknya dengan judul “Pengaruh Komunikasi terhadap Perkembangan Budaya. Rumusan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana prinsif-prinsif komunikasi dalam perkembangan budaya ?
2.    Bagaimana peranan bahasa dalam proses komunikasi antarbudaya ?
3.    Bagaimana fungsi komunikasi dalam situasi perbedaan budaya ?
C.     Tujuan Penulisan
 Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.  Untuk mengetahui prinsif-prinsif komunikasi dalam perkembangan budaya
2.  Untuk mengetahui peranan bahasa dalam proses komunikasi antarbudaya
3.  Untuk mengetahui  fungsi komunikasi dalam situasi perbedaan budaya.
D.    Metode Penulisan
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data – data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.
BAB  II
LANDASAN TEORI
 A.  Pengertian Komunikasi dan Budaya
1. Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata units, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan communion yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan atau hubungan. Karena untuk bercommunio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata itu dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Endang Lestari dan MA Maliki, (2009:4-5) Pengertian lain bahwa komunikasi dari kata communicate yang berarti sebagai upaya untuk membuat pendapat, mengatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang lain (to make opinios, feelings, information etc, known ot understood by others). Arti lain juga sebagai berbagi (to share), bertukar (to exchange) pendapat, perasaan, informasi. Communication diartikan sebagai tindakan atau proses berkomunikasi (the act or process of communicating). Secara terminologi, para pakar yang memberikan definisi tentang komunikasi diantaranya sebagai berikut: 
Drs.Ig Wursanto (1994), mengutip pendapat Dennis Murphy dalam bukunya Better Business bahwa Communication is the whole process used to reach other minds, yakni komunikasi adalah seluruh proses yang dipergunakan untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain.
Menurut Harwood bahwa communication is more technically defined as a process for conduction the momories, yaitu komunikasi didefinisikan lebih teknis sebagai suatu proses untuk membangkitkan kembali ingatan-ingatan.
Hafied Cangara, dalam Pengantar Ilmu Komunikasi (2009:17-20), bahwa Carl I.Hovland dari universitas Yale, mempelajari komunikasi dalam hubungannya dengan perubahan sikap manusia. Harold D.Lasswell lebih jelas mendefinisikan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya. Everett M.Roger, seorang pakar sosiologi pedesaan, mendefinisi bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.. Shannon and Weaver mendefinisi bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya.
Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses hubungan antara satu orang dengan orang lain atau kelompok atau sebaliknya, yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama melalui pertukaran informasi yang dapat berpengaruh terhadap sikap atau tingkah laku orang lain.
2. Pengertian Budaya
Kata ”budaya” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu ”buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti budi atau akal. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan budi atau akal.
Istilah lainnya ”culture” yang merupakan istilah bahasa asing, sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata ”colere” yang artinya adalah mengolah atau mengerjakan, keahlian mengolah, mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Seorang Antropoog bernama EB.Taylor (1871), memberikan definisi mengenai kebudayaan, yaitu kebudayaan adalah kompleks yang  mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan lain yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Antropolog ini menyatakan bahwa kebudayaan mencakup semua yang didapatkan dan dipelajari dari pola perilaku normatif, artinya mencakup segala cara atau pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Dalam konteksnya dengan komunikasi antarbudaya, ada beberapa para ahli yang memberikan batasan tentang hal ini, seperti :
a.       Sitaram (1970), Seni untuk memahami dans aling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan.
b.      Samovar dan Porter (1972), komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan berkomunikasi tersebut membawa serta latar
belakang budaya pengalaman yang berbeda dan mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya.
c.       Rich (1974), komunikasi antarbudaya terjadi karena adanya orang-orang yang berbeda kebudayaan.
d.      Stewart (1974), komunikasi antarbudaya yang terjadi dibawah suatu konisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma serta adat istiadat yang berbeda.
e.       Sitaram dan Coddell (1976), komunikasi antarbudaya adalah interaksi antara para anggota kebudayaan yang berbeda.
f.       Carley H.Dood (1982), komunikasi antarbudaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda.
g.      Young Yun Kim (1984), komunikasi antarbudaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana orang-orang yang terlibat didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
Dari beberapa pengertian tersebut jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi antarbudaya.
B.  Prinsif dan Unsur Komunikasi
1. Prinsif Komunikasi
Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kerangka pengalaman (field of experience) yang menunjukkan adanya persamaan.
Dalam Hafied Cangara (2009 : 21), digambarkan seperti berikut :
A              B
Gambar 1
Dari gambar di atas, dapat ditarik tiga prinsif dasar komunikasi, yakni :
a.       Komunikasi hanya bisa terjadi apabila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experiences).
b.      Jika daerah tumpang tindih (the field experience) menyebar menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, makin besar kemungkinannya tercipta suatu proses komunikasi yang mengena (efektif). Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, komunikasi yang terjadi sangat terbatas, bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif.
c.       Kedua lingkaran ini tidak akan saling menutup secara penuh (100%) karena dalam konteks komunikasi antar manusia tidak pernah ada manusia di atas dunia ini yang memiliki perilaku, karakter dan sifat-sifat yang persis sama (100%), sekalipun kedua manusia itu dilahirkan secara kembar.
 Proses komunikasi dalam prinsifnya sebagai setiap langkah yang dimulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah proses, sebuah kegiatan yang berlangsung kontinu. Joseph De Vito (1996)
mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu prosesm dimana komponen-komponen saling  terkait, bahwa pelaku komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan.
   2. Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika  ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini disebut juga dengan komponen atau elemen komunikasi.
a.    Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai politik, organisasi atau lembaga.
Sumber sering juga disebut pengirim atau komunikator atau didalam bahasa Inggris disebut source, sender atau encoder.
b.    Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda.
Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.
c.    Media
Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi.
Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yaitu media cetak dan media elektronik.
Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, bulletin, poster, hand out, spanduk dan semacamnya. Sedangkan media elektronik antara lain radio, film, televise, video recording, computer, electronic board, audio cassette dan semacamnya.
Berkat perkembangan teknologi komunikasi khususnya di bidang komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, media massa elektronik makin banyak bentuknya, dan makin mengaburkan batas-batas untuk membedakan antara  media komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi.
Hal ini disebabkan karena semakin canggihnya media komunikasi itu sendiri yang bisa dikombinasikan (multimedia) antara satu sama lainnya.
Selain media komunikasi seperti diatas, kegiatan dan tempat-tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat, bisa juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah-rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung, kesenian, dan pesta rakyat.
d.   Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima pesan bisa satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau Negara.
Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa ingris disebut dengan audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tak ada penerima jika tak ada sumber.
Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan baik pada sumber pesan, pesan atau saluran.
e.    Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu
pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat dari penerimaan pesan.
f.     Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsure lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada peneirma. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
g.    Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah factor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.
Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena factor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukkan factor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial.
Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi, misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak.
Dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi meniliki nilai. Jadi setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi, bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya, artinya tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.
C.  Istilah-istilah yang berkaitan dengan Komunikasi Antarbudaya
Dalam buku Ilmu Komunikasi oleh Daryanto (2010:83), mengutip dari Sitaram (1970), menegaskan perbedaan intercultural communication dengan internal communication yang diartikan sebagai interaksi antara struktur-struktur politik atau  negara-negara, yang sering dilakukan oleh wakil-wakil dari Negara atau bangsa tersebut. Ia jua mengemukakan tentang intracultural communication yang terjadi antara individu dari kebudayaan yang sama dan bukan antara individu dari kebudayaan yang berbeda. Sedangkan minority communication adalah komunikasi antara anggota-anggota suatu sub-budaya minoritas dengan anggota-anggota budaya mayoritas yang dominan.
Arthur Smith (1971), mengemukakan tentang transracial commnunication sebagai pengertian yang dicapai oleh orang-orang dari latar belakang etnik atau ras yang berbeda dalam suatu situasi interaksi verbal. Dalam pengertian ini, tercakup dimensi rasial maupun etnik. Adapun hal yang membedakan komunikasi transracial dengan komunikasi internrasial hanyalah dalam perbedaan arti.
Rich (1974), mengemukakan hal sebaliknya, terutama tentang pengertian dari minority dan majority sebagai suatu hal yang bersifat relative serta hasil penelitian yang subjektif. Maka ia lebih memilih istilah interracial communication yaitu komunikasi antar anggota-anggota dari kelompok-kelompok rasial yang berbeda. Ia pun memberikan pengertian lain, contracultural communication, yaitu komunikasi antara anggota-anggota dari dua kebudayaan yang asing satu sama lain, tetapi secara relative sejajar dalam suatu hubungan colonial, dimana satu kebudayaan dipaksa untuk tunduk pada kekuasaan kebudayaan yang lain.
Prosser (1978), merumuskan countercultural contracultural sebagai interaksi antara anggota-anggota suatu kelompok sub-budaya yang anggota-anggotanya terasingkan dari kebudayaan masyarakat yang dominan. Tetapi secara aktif dapat melawan nilai-nilai sehingga seringkali menghasilkan konflik.
Dood (1982), membagi situasi perbedaan antarbudaya, khususnya yang biasa dimasukkan kedalam pengertian komunikasi sub-budaya adalah sebagai berikut :
a.     Interethnic communication
Yaitu komunikasi antara dua atau lebih orang dari luar latar belakang etnik yang berbeda. Kelompok etnik adalah kumpulan orang yang dapat dikenal secara unik dari warisan tradisi kebudayaan yang sama, yang seringkali asalnya bersifat nasional. Di Indonesia tentunya yang dimaksud dengan kelompok etnik ialah berbagai suku bangsa yang ada dalam wilayan Negara Indonesia, seperti suku jawa, sunda, batak, minang, banjar dan lain-lain.
b.    Interracial communication
Yakni komunikasi antara dua atau lebihorang dari latar belakang ras yang berbeda. Dalam hal ini ras di artikan sebagai ciri-ciri penampilan fisik yang diturunkan dan diwariskan secara genetik. Pokok perhatian yang penting
disini adalah bahwa perbedaan-perbedaan ras menyebabkan perbedaan perceptual yang menghambat berlangsungnya komunikasi, bahkan sebelum ada sama sekali usaha untuk berkomunikasi.
c.     Countercultural communication
Melibatkan orang-orang dari budaya asal atau pokok yang berkomunikasi  dengan orang-orang dari sub-budaya yang terdapat dalam budaya pokok tadi. Dengan mengutip perumusan Prosser tentang countercultural communication, Dood menekankan sifat dari sub-budaya pada situasi khusus antar budaya yang menolak nilai-nilai yang sudah berlaku dan diakui masyarakat luas saat ini.
d.    Social class communication
Beberapa perbedaan antara orang-orang adalah berdasarkan atas status yang ditentukan oleh pendapatan, pekerjaan dan pendidikan. Perbedaan ini menciptakan kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Menyertai perbedaan ini adalah perbedaan dalam hal pandangan, adat kebiasaan dan sebagainya.
e.     Group membership
Merupakan unit-unit sub-budaya yang cukup menonjol, berdasarkan homogenitas dalam karakteristik ideologi, ditambah dengan loyalitas kelompok banyak perbedaan antar kelompok yang meletus menjadi konflik serius. Misalnya perang antara pemeluk kepercayaan atau agama. Perbedaan antara sub-budaya (Dood) merumuskan international communication massa sebagai komunikasi antara Negara-negara oleh media massa, cara-cara diplomatic, dan saluran-saluran antarpribadi lainnya. Hal yang menjadi pusat perhatian bukanlah bentuk dari pesan, melainkan kenyataan bahwa variable geografik, politik dan nasionalitas akan mendominasi transaksi yang terjadi.


D. Hakikat Pokok Komunikasi dalam Perkembangan Budaya
Hampir setiap orang butuh untuk mengadakan kontak sosial dengan orang lain, kebutuhan ini dipenuhi melalui saling pertukaran pesan yang dapat menjembatani individu agar tidak terisolir. Pesan-pesan diwujudkan melalui manusia. Implikasi dari perilaku komunikasi verbal; maupun nonverbal dapat berfungsi sebagai pesan.
Makna komunikasi dirumuskan sebagai sesuatu yang terjadi bilamana makna yang dilekatkan  pada perilaku ataupun pada hasil sebagai akibat dari perilaku tersebut. Ini berarti bahwa setiap saat seseorang memperhatikan perilaku atau akibat dari perilaku kita serta memberikan makna padanya. Dengan demikian, komunikasi telah terjadi, tanpa harus dibatasi apakah perilaku itu dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, dengan maksud tertentu atau tanpa maksud atau tujuan.
Pembahasan tentang perilaku tak bisa lepas dari hakekat komunikasi yang memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan, diantaranya sebagai berikut :
a.       Sumber
Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan diri sendiri. Kebutuhan ini bisa berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.
b.      Meng-encode
Karena keadaan internal tidak dapat dibagi bersama secara langsung, maka diperlukan simbol-simbol yang mewakili. Encoding adalah suatu aktivitas internal pada sumber dalam menciptakan pesan melalui pemilihan pada simbol-
simbol verbal dan nonverbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis yang berlaku pada bahasa yang digunakan.
c.       Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol verbal atau nonverbal yang mewakili keadaan khusus sumber pada satu dan tempat tertentu.
d.      Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber kepada penerima atau yang menghubungkan orang kepada orang lain secara umum.
e.       Penerima
Adalah orang-orang yang menerima pesan dan dengan demikian terhubungkan dengan sumber pesan. Penerima pesan bisa orang yang dimaksud oleh sumber atau orang lain yang kebetulan mendapatkan kontak juga dengan pesan yang dilepaskan oleh sumber dan memasuki saluran.
f.       Men-decode
Decoding merupakan bagian kegiatan internal dari penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk mentah, yang harus di ubah kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna.
g.      Respons penerima
Suatu yang telah diputuskan oleh penerima untuk dilakukan terhadap pesan. Respons dapat bervariasi sepanjang dimensi minimum sampai maksimum.
h.      Balikan (feedback)
Merupakan informasi bagi sumber sehingga ia dapat menilai efektivitas komunikasi untuk selanjutnya menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.
i.        Gangguan (noise)
Gangguan beraneka ragam, untuk itu harus dioperasionalkan dan dianalisis kemungkinan terjadinya kegagalan komunikasi. Noise dapat masuk kedalam sistem komunikasi manapun, merupakan segala sesuatu yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian pesan, termasuk yang bersifat pisik dan psikis.
j.        Bidang pengalaman
Komunikasi dapat terjadi sejauh para pelaku memiliki pengalaman-pengalaman yang sama. Perbedaan dapat mengakibatkan komunikasi menjadi sulit, walaupun perbedaan tidak dapat dihilangkan, harapan untuk terjadinya komunikasi sungguh mungkin terlaksana.
k.      Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, baik pada dimensi fisik yang merupakan lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman, ataupun jalanan. Dari segi dimensi sosial, meliputi adat istiadat, situasi rumah dan lain-lain. Adapun dari segi dimensi norma bisa mencakup semua aspek kehidupan bermasyarakat.

BAB  III
PEMBAHASAN

A. Prinsif-prinsif Komunikasi dalam Perkembangan budaya
Dalam komunikasi antarbudaya memiliki latar belakang kebudayaan yang sama satu sama lain terdapat perbedaan, tapi mereka bagaimanapun menjalani dan mengalami hal-hal yanbg sama yang terjadi dalam peristiwa-peristiwa komunikasi secara umum. Maksudnya prinsif-prinsif komunikasi yang berlangsung tetap sama, hanya konteksnya yang berbeda, yakni dalam hal konteks antarbudaya.
  1. Prinsif Homofili dan Heterofili
Hakekat pokok komunikasi bahwa identifikasi persamaan-persamaan dari komunikasi merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam proses pertukaran informasi. Agar pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi dapat saling memahaminya dan berlangsung efektif, mereka harus memiliki sesuatu yang lebih kurang sama dengan latar belakang dan pengalaman. Istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sama antara pihak-pihak pelaku komunikasi ini adalah homofili. Jelasnya bahwa homofili adalah derajat persamaan dalam beberapa hal tertentu seperti keyakinan, nilai, pendidikan, status sosial dan lain sebagainya, antara pasangan-pasangan individu yang  berinteraksi.
Perasaan-perasaan ini memungkinkan untuk tercapainya persepsi dan makna yang sama pula terhadap sesuatu obyek atau peristiwa. Tetapi bagaimana halnya dengan komunikasi antar budaya yang justru bertolak dengan asumsi akan adanya perbedaan kebuidayaan.
Dilihat dari prinsif dasar komunikasi, perbedaan-perbedaan ini tentu cenderung untuk mengurangi atau menghambat terjadinya komunikasi yang efektif.
Karena jika pesan-pesan yang disampaikan melampaui batas-batas kebudayaan, yang dapat terjadi adalah apa yang dimaksud dalam konteks yang lain lagi oleh penerima.
Dalam situasi antarbudaya demikian, dapat dikatakan hanya sedikit saja atau tidak sama sekali, dengan orientasi bahwa antara dua pihak yang berkomunikasi seharusnya terdapat persamaan dalam memandang topik dari informasi atau tujuan komunikasi yang diinginkan. Prinsif homofili ini, orang cenderung untuk berinteraksi dengan individu-individu lain yang serupa dalam hal karakteristik sosial dengannya.
Pengklasifikasian dimensi-dimensi homofili dalam bentuk penampilan, latar belakang, sikap, nilai, dan kepribadian.
Dipandang dari sudut kepentingan komunikasi antarbudaya, adanya perbedaan tidak menutup kemungkinan terjadinya komunikasi antara individu atau kelompok budaya. Perbedaan-perbedaan bahkan dilihat sebagai kerangka atau matriks dimana komunikasi terjadi. Dalam komunikasi manusia, diperlukan juga keseimbangan di antara kesamaan dan ketidak samaan, antara yang sudah dianggap biasa dengan sesuatu yang masih baru (atau belum terbiasa).
Di Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat dengan masyarakatnya yang heterogen dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi telah menyebabkan dunia menuju ke arah globalisasi yang hampir tidak memiliki batas-batas sebagai akibat dari perkembangan teknologi modern. Orang yang tak pernah berkomunikasi dengan orang lain, niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini
akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya akan membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa.
Adanya perbedaan kebiasan budaya, berkomunikasi merupakan kebutuhan yang fundamental bagi seseorang yang hidup bermasyarakat, tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat, maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Peristiwa komunikasi yang menggambarkan bagaimana seseorang menyampaikan sesuatu lewat bahasa atau simbol-simbol tertentu kepada orang lain sering kita temui, bagaimana seorang kepala desa memberikan pendapat dan menerima saran dari anggota masyarakatnya, bagaimana seorang politikus berkampanye menyampaikan program-program kerja yang ditawarkan di depan massa sehingga mampu menarik pendukung walaupun dengan adanya perbedaan budaya, namun berusaha untuk menyamakan persepsi tentang tujuan.
  1. Komunikasi sebagai proses konvergensi
Jika dikaitkan dengna pemikiran interaksionisme simbolik tentang proses interaksi sosial yang sifatnya dinamik dan berlangsung terus-menerus, maka ada suatu model komunikasi yang melihat proses komunikasi sebagai pertukaran (exchange) dan pembagian bersama (Sharing of) informasi selama beberapa waktu tertentu. Dengan model komunikasi ini, diharapkan akan dicapai suatu cara pendekatan yang tidak terikat pada kaidah atau batasan salah satu kebudayaan tertentu saja. Tetapi sebaliknya dapat menggambarkan kenyataan-kenyataan yang sesungguhnya dalam masyarakat.
Model yang dimaksud adalah konvergensi (convergence model of communication), bahwa yang menekankan komunikasi sebagai proses penciptaan dan pembagian bersama informasi untuk tujuan mencapai saling pengertian bersama antara para pelakunya.
Komunikasi disini dilihat tidak sebagai komunikasi yang berlangsung secara linear dari sumber kepada penerima, tetapi sebagai sirkum atau melingkar (cyclical). Pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi berganti-gantik peran sebagai sumber ataupun penerima sampai akhirnya mencapai tujuan bersama, kepentingan besama dan pengertian bersama. Dengan demikian, maka komunikasi akan selalu mengandung makna adanya saling berhubungan.
B. Peranan Bahasa dalam proses komunikasi antarbudaya
Bahasa bisa berupa verbal dan nonverbal, sebagai bentuk pesan yang digunakan oleh manusia untuk mengadakan kontak dengan realitas lingkungannya, mempunyai persamaan dalam hal berikut :
a.       Menggunakan system lambang atau symbol
b.      Merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh individu manusia
c.       Orang lain juga memberikan arti pada symbol yang dihasilkan tadi.
Istilah "Bahasa menunjukkan bangsa" artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas suatu bangsa.Berbicara identitas berarti berbicara harga diri atau kebanggaan. Dengan memahami bahasa orang lain berarti berusaha menghargai orang lain. Tetapi memahami bahasa di sini tidak berarti harus memahami semua bahasa yang dipakai oleh mitra bicara kita.
Tanda dan symbol merupakan alat dan materi yang digunakan dalam interaksi. Kemampuan manusia untuk menggunakan simbol-simbol menjadikannya sebagai makhluk yang unik, yang membedakannya dari makhluk hidup lainnya. Tetapi kemampuan unik dan proses melakukan simbolisasi yang sesungguhnya rumit biasanya dianggap enteng saja oleh manusia itu sendiri, kecuali ketika mereka menghadapi masa sulitnya memperoleh kata yang tepat untuk menggambarkan sesuatu.
Bahasa terdiri dari symbol-simbol (kata-kata) dan aturan-aturan penggunaannya, yang memiliki karakteristik unik dari manusia, yakni kecakapan dan kemampuannya dalam menggunakan suara dan tanda sebagai pengganti dari benda dan perasaan. Kemampuan ini mencakup hal penerimaan, penyimpanan, pengolahan dan menyebarkan symbol-simbol. Lambang-lambang komunikasi bisa berupa suara, bahasa, gerak, gambar, dan warna.
Dalam pengertian yang paling mendasar, bahasa adalah suatu system symbol yang telah diatur, disepakati bersama dan dipelajari, yang digunakan untuk mewakili pengalaman-pengalaman dalam komunitas geografik atau cultural tertentu.
Kebudayaan mengajarkan pada manusia untuk member nama pada benda-benda, orang-orang, gagasan-gagasan berdasarkan segi praktisnya, kegunaannya dan pentingnya agar bisa dipahami.
Secara verbal, yakni secara vocal bahasa memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting dalam pembentukan kebudayaan. Komunikasi nonverbal memainkan peranan penting pula dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini seringkali tidak disadari. Baik secara sadar maupun tidak sadar, dengan maksud maupun tidak dengan maksud tertentu, kita mengirimkan dan menerima pesan nonverbal, bahkan kita membuat
penilaian dan keputusan berdasarkan data nonverbal tersebut. Pesan atau perilaku yang nonverbal ini menyatakan pada kita tentang menginterpretasikan pesan-pesan lain yang terkandung didalamnya. Misalnya apa orang yang menyatakan pesan itu serius, bercanda, mengancam dan lain-lain.
Komunikasi nonverbal sama dengan komunikasi tanpa kata-kata, bisa terjadi jika individu berkomunikasi tanpa menggunakan suara, bisa pula dengan adanya ekspresi wajah, sentuhan, waktu, gerak, syarat, bau, perilaku dan lain-lainnya. Jelasnya bahwa komunikasi nonverbal merupakan proses yang dijalani oleh seorang individu atau lebih pada saat menyampaikan isyarat nonverbal yang memiliki potensi untuk merangsang makna dalam pikiran individu atau individu lain.

A.    Komunikasi antarbudaya dalam situasi perbedaan budaya
Dalam komunikasi antarpribadi, yang dimaksudkan adalah dua atau lebih orang terlibat dalam komunikasi. Apabila ditambah dimensi perbedaan kebudayaan kedalamnya, maka merupakan komunikasi antarpribadi dengan factor-faktor kebudayaan yang mempengaruhinya.
Komunikasi antarpribadi sangat erat dengan persepsi mengenai orang lain dan akibat dari persepsi tersebut, merupakan sifat hubungan yang terbentuk. Misalnya kita mempersiapkan orang lain memiliki nilai-nilai yang sama dengan diri sendiri maka kita akan lebih tertarik padanya. Atau kita mendapatkan bahwa seseorang selain bersifat ramah, juga luas pengetahuannya mengenai sesuatu topic yang kita senangi, maka komunikasi antarpribadi meningkat dan terus berkembang berdasarkan persepsi tadi.
Homofili sebagaimana diuraikan pada landasan teori, yakni derajat kesamaan antara individu-individu yang terlibat dalam interaksi antarpribadi. Seringkali kita mendapatkan bahwa kita lebih percaya pada orang-orang yang sudah kita kenal daripada
orang yang  masih asing. Kadang-kadang sesudah berkenalan dengan seseorang, kita merasakan telah menemukan kecocokan dengannya. Salah satu hal yang dapat menjelaskan keadaan ini adalah persepsi akan identifikasi, yakni dirasakan terdapat semacam hubungan karena adanya kesamaan, baik dari segi penampilan, unsur, pendidikan, etnis, tempat tinggal atau wilayah geografis, pandangan politik dan sebagainya.
Kredibilitas, yakni percaya tidaknya  seseorang kepada orang lain tergantung pada beberapa factor yang mempengaruhi kreativitas komunikasi, seperti :
1.    Kompetensi
Maksudnya adalah kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu yang dipersepsikan dengan orang lain.
2.    Karakter
Maksudnya adalah persepsi tentang  moral, nilai-nilai, etika dan integritas dari komunikasi
3.    Ko-orientasi
Maksudnya adalah derajat kesamaan yang dipersepsikan mengenai tujuan-tujuan dan nilai
4.    Kharisma
Maksudnya adalah derajat tentang kepercayaan akan kualitas-kualitas kepemimpinan khusus yang dipersepsikan, terutama dalam keadaan krisis dan menentukan.
5.    Dinamika
Maksudnya adalah derajat tentang entusiasme dan perilaku-perilaku nonverbal yang dipersepsikan.
6.    Jiwa sosial
Maksudnya adalah derajat tentang keramahan yang dipersepsikan.
Ketertarikan antarpribadi (interpersonal attraction), orang biasanya mengembangkan sikap positif terhadap orang-orang lain dari segi kehadirannya, penghargaan terhadap kemampuannya dan kekaguman akan penampilan. Dari segi pandangan antarbudaya, factor penarikan tersebut dapat dilihat secara tersendiri. Keindahan fisik, misalnya tidak saja ditentukan secara pribadi, tetapi juga banyak oleh norma-norma budaya.
Hubungan-hubungna kerja secara antarpribadi, banyak prinsip manajemen dan prosedur kerja standar yang ternyata tidak dapat diterapkan dalam situasi antarbudaya, sehingga acapkali diperlukan restrukturisasi organisasi dan perubahan gaya  manajemen untuk memenuhi kebutuhan kebudayaan.

Fungsi komunikasi terhadap perkembangan budaya
Melihat landasan teori pada bab yang terdahulu sebagai pijakan dalam menganalisa masalah penulisan ini, maka penulis sependapat dengan para pakar bahwa komunikasi memiliki peran dan keterikatan dalam perkembangan budaya dilihat dari segi fungsinya. Fungsi tersebut yaitu :
1.      Komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan serta terhindar dari tekanan dan ketegangan.
Konsep diri sebagai pandangan kita mengenal siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan oleh orang lain kepada kita. Aspek konsep diri seperti jenis kelamin, agama, kesukuan, pendidikan, pengalaman dan
lain-lain, kita tanam pada diri kita lewat pernyataan (umpanbalik) orang lain dalam masyarakat yang menegaskan aspek tersebut yang dilakukan lewat komunikasi.
2.      Komunikasi ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan sendirian ataupun kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasan sayang, peduli, benci, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, marah dan lain-lain dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal. Emosi uga dapat disalurkan lewat puisi, lagu, tarian, lukisan dan pemberian bunga maupun drama.
3.      Komunikasi ritual
Hal ini biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, pernikahan, bahkan sampai acara kematian. Kegiatan olahraga pun sudah menjadi komunikasi ritual, misalnya olimpiade, piala dunia sepak bola, dan lain-lain. Dalam acara tersebut, orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik.
4.      Komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu menginfor-masikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan yang juga bisa untuk menghibur.
Apabila diringkaskan kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk atau persuasive. Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasi dalam arti pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui, bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara tidak  langsung membujuk khalayak.






BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Suatu proses hubungan antara satu orang dengan orang lain atau kelompok atau sebaliknya, yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama melalui pertukaran informasi yang dapat berpengaruh terhadap sikap atau tingkah laku orang lain merupakan makna dari komunikasi.
Kebudayaan adalah kompleks yang  mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan lain yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi membawa latar belakang budaya pengalaman yang berbeda dan mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya. Konteks sosial yang terjadi dalam komunikasi antar budaya berupa bisnis, pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian, perkembangan teknologi dan konsultasi terapis. Dalam proses komunikasi antar budaya, maka faktor bahasa verbal dan non verbal sangat menentukan dalam perkembangannya, baik berupa symbol, proses, dan sistem yang akan berperan besar.
Komunikasi antar budaya merupakan komunikasi antar pribadi dengan perhatian khusus pada faktor yang mempengaruhinya, yakni prinsif hubungan antarpribadi, keterikatan antarpribadi, dan hubungan kerja antarpribadi.
Perkembangan budaya dalam suatu komunitas, sangat ditentukan oleh komunikasi yang melingkupi kegiatannya, karena fungsi komunikasi yang begitu melekat dari seluruh aktivitas kehidupan. Fungsi komunikasi tersebut adalah sebagai fungsi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental.
Tiga dimensi penting yang mendasari komunikasi dalam konteksnya dengan budaya, yaitu dimensi tingkat observasi atau derajat keabstrakan, dimensi kesenjangan dan dimensi penilaian normative.

B.      SARAN
Bahasa merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan komunikasi, oleh karena itu untuk meningkatkan perkembangan budaya diperlukan kompetensi yang mendasarinya.
Disarankan pula adanya kredibilitas yang baik, rasa kepercayaan dalam diri untuk turut bertisipasi dalam peningkatan budaya melalui komunikasi antarbudaya yang lebih terarah.









BAHAN BACAAN


Daryanto, Ilmu Komunikasi, Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, Bandung. 2010.
Endang Lestari G, dan MA.Maliki, Komunikasi yang Efektif, Modul Diklat Prajabatan Golongan III, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, edisi revisi tahun 2009.

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, edisi revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
Pratikno, R. (1987). Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Remadja Karya. Bandung
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, Med Press,

1 komentar: